Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia
yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa
(roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra
di Indonesia pada masa ini.
Puisi karya Muhammad yamin
\
INDONESIA TUMPAH DARAHKU
Bersatu kita teguh
Bercerai kita runtuh
Bercerai kita runtuh
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gunung bagus rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gunung bagus rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Lihatlah kelapa melambai lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-cerai
Memagar daratan aman kelihatan
Dengarlah ombak datang berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya. Tanah airku
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-cerai
Memagar daratan aman kelihatan
Dengarlah ombak datang berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya. Tanah airku
Tanahku bercerai
seberang-menyeberang
Merapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai purnama terang-benderang
Di sanalah bangsaku gerangan menompang
Selama berteduh di alam nan lapang
Merapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai purnama terang-benderang
Di sanalah bangsaku gerangan menompang
Selama berteduh di alam nan lapang
Tumpah darah Nusa India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa
Karena kita sedarah-sebangsa
Bertanah air di Indonesia
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai badan dan nyawa
Karena kita sedarah-sebangsa
Bertanah air di Indonesia
Pujangga Baru
Sutan Takdir
Alisjahbana pelopor Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi
atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra
intelektual, nasionalistik dan elitis.
Contoh puisi angkatan 30 an
PERASAAN SENI
bagaikan banjir gulung – gemulung,
bagaikan banjir gulung – gemulung,
bagaikan topan seruh – menderu,
demikian rasa,datang semasa,
mengalir, menimbun, mendesak, mengepung,
memenuhi sukma, menawan tubuh.
serasa manis sejuknya embun,
selagu merdu dersiknya angin,
demikian rasa,datang semasa,
membisik, mengajak, aku berpantun,
mendayung jiwa ke tempat di inginkan
demikian rasa,datang semasa,
mengalir, menimbun, mendesak, mengepung,
memenuhi sukma, menawan tubuh.
serasa manis sejuknya embun,
selagu merdu dersiknya angin,
demikian rasa,datang semasa,
membisik, mengajak, aku berpantun,
mendayung jiwa ke tempat di inginkan
jika kau datang sekuat raksasa,
atau kau menjelma secantik juita,
kusedia hati,akan berbakti,
dalam tubuh kau berkuasa,
dalam dada kau bertahta!
atau kau menjelma secantik juita,
kusedia hati,akan berbakti,
dalam tubuh kau berkuasa,
dalam dada kau bertahta!
Angkatan 1945
Chairil Anwar pelopor Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak
sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan '45. Karya sastra
angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang
romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita
tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki
konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep
ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai
alam kemerdekaan dan hati nurani
Contoh puisi
angkatan 45
Aku (Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari,Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari,Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Taufik Ismail sastrawan Angkatan 1966
Angkatan ini ditandai dengan
terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat
menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam
dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus
kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak
membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada
angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Motinggo Busye, Purnawan Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono dan Satyagraha Hoerip Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Contoh puisi angkatan 66
Lingkungan
Mati
Kau sebut orang
bicara tentang hijau daunan, rimbun pepohonan,
bermilyar kilometer kubik air yang memadat, mencair dan menguap, garis gunung
danlembah yang serasi, komposisi zat asam yang rapidalam harmoni,Tapi
yang nampak oleh mataku orang-orang bertanam tebu seluas
lapangan sepakbola di bibir mereka.Kau bercerita orang bicara
tentang serangga dan fisika tanah, unggas dan kimia udara, ikan dan habitat
laut-an, manusia dan tetangganya, bumi dan klimatologi,Tapi
yang terdengar oleh telingaku adalah serangkai lagudimainkan lewat
instrumen tua sudah, dan bertabur debu.Kau tulis orang telah
bicara mengenai rekayasa genetika padi dan sapi, penggergajian kayu dan
pengedukanmineral bumi, penyuburan industri dan transportasi,distribusi laba
dan budaya, pemerataan angka-angkadi atas bilangan jajaran kepala demi kepala,Tapi
yang terasa olehku adalah dusta yang bergincu lalejekan terus-terusan pada
kemiskinan, perpacuandalam keserakahan, dengan paduan suara pengatas-namaan
dengan penuh keteraturan.Kau ingat-ingatkan aku tentang harmoni
budaya antaratetumbuhan – hewan– angkasa – perairan – dan manu-sia, lalu kau
beri aku 1000kauseritentangkemanusiaanyang adil dan beradab, serta 1000
petunjukmengenai sivilisasi yang lestari,Yang kulihat di
layar kaca adalah hewan diadu hewanuntuk mengeruk isi kantong wisatawan walau
itujelas melanggar peraturan, manusia diadu manusiawalau itu menghina otak manusia
dan menggilas akal waras, semua itu cuma karena kalap pada
sepotong nama dan serakah pada sejumlah rupiah,Kau bercerita tentang orang yanb berkatabahwa sesudahhewan diadu hewan dan hewan diadu manusiabudaya jahiliah diresmikan sah, lalu manusiadiadumanusia bermula dengan pemujaan pada kepalandan luas-luas dipertontonkan, lalu naik satu tanggamanusia diadu manusia dengan senjata, naik tanggaberikutnya keroyokan atau pembantaian manusiapada rakyat sendiri atau bangsa lain, dengan bedilsundut bom napalm atau hulu nuklir, dengan cirikekerasan dan penindasan yang makin naik kelasdalam kebiadaban, maka paripurnalah perusakanpada kehidupan lingkungan.Kau berkataorang masih juga bicara tentang lingkunganhidup,Aneh ingatanku malah terpakukinipadalingkunganmati.1990
sepotong nama dan serakah pada sejumlah rupiah,Kau bercerita tentang orang yanb berkatabahwa sesudahhewan diadu hewan dan hewan diadu manusiabudaya jahiliah diresmikan sah, lalu manusiadiadumanusia bermula dengan pemujaan pada kepalandan luas-luas dipertontonkan, lalu naik satu tanggamanusia diadu manusia dengan senjata, naik tanggaberikutnya keroyokan atau pembantaian manusiapada rakyat sendiri atau bangsa lain, dengan bedilsundut bom napalm atau hulu nuklir, dengan cirikekerasan dan penindasan yang makin naik kelasdalam kebiadaban, maka paripurnalah perusakanpada kehidupan lingkungan.Kau berkataorang masih juga bicara tentang lingkunganhidup,Aneh ingatanku malah terpakukinipadalingkunganmati.1990
Puisi masa
konemporer (masa sekarang)